Saturday 12 August 2017

Inspiring Story Cut Nyak Meutia

Saya akan mencerita kisah yang pernah saya alami yang terinspirasi dari Pahlawan Indonesia


Di suatu kesempatan saya pernah tergabung dalam suatu kepanitiaan,saat itu saya hanya sebagai bendahara.Pembentukaan kepanitiaan ini sudah dibuat jauh sebelum acara akan dilaksanakan,tapi saya tidak melihat kemajuan untuk acara ini karna panitia yang lain tidak akan gerak kalau tidak disuruh,ketuanya pun tidak melakukan apa-apa.

Karna saya gemas tidak melihat perkembangan apapun akhirnya saya memutuskan untuk menjalankan dan memaksa panitia lain untuk cepat melakukan tugas mereka,sering mengadakan rapat dan puji syukur semua berjalan dengan sesuai walau terburu-buru karna waktu,tapi disini saya tidak mengclaim bahwa saya ingin banget jadi pemimpin atau ketua dalam suatu kelompok hanya merasa gemas saja karna ketuanya diam saja.

Maksud kisah saya tadi kenapa menurut saya bersangkutan dngan kisah Cut Nyak Meutia?

Karena Cut Mutia bernama lengkap Cut Nyak Meutia. Ia salah satu pahlawan nasional dari Tanah Rencong selain Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Teuku Cik Di tiro dan tokoh lainnya. Seperti pejuang Aceh lainnya, Cut Mutia terkenal dengan keberanian, keteguhan jiwa dan daya juangnya. Beliau lahir di Pirak, Keureutoe, Aceh Utara tahun 1870 dan wafat di Alue Kurieng 24 Oktober 1910. Makamnya juga terletak di Alue Kurieng.

Cut Mutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Cik Tunong. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Teuku Cik Tunang dapat ditangkap Belanda dan di hukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal Teuku Cik Tunong berpesan pada sahabtnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi. 

Cut Mutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran di Korps Marsose di Paya Cicem, Cut Mutia dan para wanita pejuang lainnya melarikan diri ke hutan. Pang Nagroe sendiri teus melakukan perlawanan hingga akhirnya gugur pada tanggal 26 September 1910.

Cut Mutia akhirnya terus bangkit dan melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial Belanda sambil bergerak menuju Gayo menlalui hutan belantara. Tanggal 24 Oktober 1910 Cut Mutia dan pasukannya bentrok dengan pasukan Belanda di Alue Kurieng. Cut Mutia akhirnya gugur di tempat tersebut. Butiran timah panas bersarang di kepala dan dadanya. Cut Mutia membuktikan aqidah, idealisme, kecintaan terhadap tanah air tak bisa dibandingkan dengan apapun ia bahkan berani mengorbankan selembar nyawanya. Cut Mutia dikukuhkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan SK Presiden RI No 107/1964.

Jadi,untuk melaksanakan sesuatu atau memimpin suatu kelompok tidak selalu harus menjadi ketua,karena terkadang tidak semua Ketua/Pemimpin mempunyai jiwa Pemimpin.


Cukup sekian Kisah Inspiratif saya.Terima kasih atas perhatianya.
-Baby Ifanda Tata Rias D3.